KULIT KELENGKENG
SEBAGAI OBAT LUKA
|
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DI TEKNOLOGI
A. Pendahuluan
Lengkeng/kelengkeng merupakan buah yang tidak asing lagi
bagi kita khususnya masyarakat Indonesia. Hal ini karena Asia
memproduksi lebih dari 90% total produksi buah lengkeng dunia dan Indonesia termasuk salah satu negara penghasil lengkeng terbesar di
Asia selain Thailand dan China. Dimasukkannya lengkeng sebagai salah satu Komoditas Binaan Ditjen
Hortikultura di Indonesia menjadi bukti
betapa pemerintah menaruh perhatian lebih kepada buah mungil yang satu ini.
Lengkeng (juga disebut kelengkeng, matakucing, atau longan,
Dimocarpus longan, suku
lerak-lerakan atau Sapindaceae) adalah tanaman buah-buahan
yang berasal dari daratan Asia Tenggara. Pohon lengkeng dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter
batangnya hingga sekitar 1 m. Buah lengkeng
ini berbentuk bulat, coklat kekuningan, permukaan kulitnya agak licin,
berbutir-butir, berbintil kasar atau beronak, bergantung pada jenisnya. Daging buah
(arilus) tipis berwarna putih dan agak bening. Pembungkus biji berwarna coklat
kehitaman, mengkilat. Terkadang berbau agak keras. Pada daging buah ini terdapat kandungan sukrosa, glukosa, protein,
lemak, vitamin A, vitamin B, asam tartarik, dan senyawa-senyawa kimia tumbuhan
(fitokimia) lainnya yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi dari senyawa-senyawa
fitokimia ini melahirkan berbagai khasiat yang sangat bermanfaat bagi kita.
Buah lengkeng ini sangat disukai oleh masyarakat Indonesia karena rasanya
enak, manis, dan menyegarkan. Banyak yang menyajikan buah ini sebagai hidangan
pencuci mulut, atau dikonsumsi sebagai cemilan di kala ngobrol atau menonton
televisi. Namun sayangnya, mereka hanya dapat memanfaatkan secara maksimal
daging buah lengkeng. Bagian lain dari lengkeng tersebut, seperti kulitnya
dibuang dan hanya menjadi sampah yang tak berguna sama sekali. Padahal
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kulit lengkeng memiliki kandungan
kimia yang dapat digunakan sebagai obat luka.
Kandungan kimia dalam kulit
kelengkeng adalah asam galat, glikosida
flavon, dan hidroksinamat dengan kandungan
utama flavon berupa kuersetin
dan kaemferol. Senyawa-senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai antibakteri, antioksidan, dan toksik terhadap bakteri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tanaman
lengkeng/kelengkeng terbukti mempunyai senyawa
bioaktif yang dapat dimanfaatkan, terutama pada bagian kulitnya. Pada kulit kelengkeng terdapat aktivitas antibakteri
terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Namun, sampai saat ini kulit kelengkeng
belum banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat
dan hanya berakhir
sebagai limbah. Oleh karena
itu, saya mencoba merancang sebuah produk yang berasal dari kulit lengkeng.
Selain meningkatkan nilai guna dari kulit lengkeng tersebut, rancangan produk
ini juga diharapkan bisa memberikan nilai ekonomis tertentu.
B.
Cara Pembuatan Produk
Dalam membuat
atau mengolah kulit kelengkeng sebagai obat luka bakar, maka perlu dilakukan cara
sebagai berikut:
1.
Ambil kulit
kelengkeng.
- Bakar kulit kelengkeng tersebut hingga menjadi arang.
- Haluskan dengan cara ditumbuk atau digerus.
- Tambahkan minyak tung (Aleuritis fordii).
- Jika tidak ada (Aleuritis fordii), maka bisa diganti dengan minyak zaitun secukupnya.
- Ramuan siap dikemas dalam bentuk tablet atau ellips dan siap digunakan sebagai obat luar untuk luka bakar.
C.
Rancangan Produk
1.
Model
Model adalah berupa penggambaran suatu masalah dapat berupa
grafik, gambar, data atau hubungan matematik.
2.
Kriteria
Kriteria
adalah yang menjadi tujuan atau objektif dari suatu pengambilan keputusan. Adapun
kriteria yang terdapat dalam produk ini adalah sebagai berikut:
a.
Massa kapsul
adalah ±250-300 mg/tablet
b.
Secara umum,
cangkang kapsul dapat dibuat dari pati, gelatin, atau
bahan lainnya yang sesuai. Berbeda dengan kapsul lunak, pembuatan kapsul keras khususnya yang
berasal dari gelatin dapat dilakukan secara terpisah yakni pembuatan cangkang
yang dilanjutkan dengan pengisisian serbuk obat yang berasal dari kulit kelengkeng yang telah diolah
sebelumnya.
Selain gelatin,
cangkang kapsul juga dapat dibuat dari pati dan tepung gandum dan digunakan
untuk mewadahi bahan obat berbentuk serbuk. Kapsul pati ini, memiliki silinder
tertutup satu muka atau mangkuk kecil (garis tengah 15-25 mm dan tinggi 10 mm).
c.
Gelatin
Di Indonesia, gelatin masih merupakan barang impor, negera pengimpor utama
adalah Eropa dan Amerika. Menurut data BPS 1997, secara umum terjadi
pemanfaatan dalam industri pangan dan farmasi. Dalam industri farmasi, gelatin
digunakan sebagai bahan pembuat kapsul. Dalam industri pangan, gelatin pun
sekarang marak digunakan.
Gelatin adalah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen.
Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling agent
(bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Sumber bahan baku gelatin
dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit jangat), babi (hanya (kulit) dan ikan
(kulit). Karena gelatin merupakan produk alami, maka diklasifikasikan sebagai
bahan pangan bukan bahan tambahan pangan.
3.
Kendala
Kendala
adalah faktor yang bersifat membatasi ruang gerak pengambilan keputusan. Oleh
karena itu kita harus memperhatikan kendala yang ada. Adapun kendala pada produk
ini adalah kita tidak dapat meminum kapsul ini secara langsung karena produk
tersebut belum menjalani uji laboratorium secara langsung. Selain itu, belum
ada penelitian yang membolehkan untuk memakan kulit lengkeng yang sudah dibakar
ini.
4.
Optimasi
Seperti
halnya kapsul-kapsul yang lain, masa kadaluarsa kapsul ini sekitar 2-3 tahun. Akan
tetapi, apabila kemasannya sudah di buka, biasanya bisa di gunakan paling lama
1-3 bulan. Dengan ekspektasi
sekitar 1 bulan.
5.
Panduan
Cara penggunaan
kapsul yang berasal dari kulit kelengkeng ini sangatlah sederhana. Ujung kapsul
dapat digunting atau kapsulnya dapat dibuka secara perlahan-lahan. Setelah itu,
isi kapsul tersebut dioleskan pada luka bakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar