Halaman

Kamis, 07 Juni 2012

Makalah "Ilmu Buda Dasar"


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Ilmu Budaya Dasar
          Latar belakang Ilmu Budaya Dasar dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut :
1.      Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan.
2.      Proses pembangunan dampak positif dan dampak negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia pun terkena pengaruhnya.
Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik dalam kehidupan.
3.       Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan  perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya. Sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi negatif akibat dampak negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah.

          Kebudayaan merupakan ruang lingkup yang cukup luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Kebudayaan muncul dan tumbuh berkembang sejak manusia hidup berkomunitas, karena manusialah menciptakan, memproses dan mengembangkannya. Kebudayaan muncul sebagai proses, karena manusia membutuhkan untuk memenuhi tujuan hidupnya.
          Menurut Koentjaraningrat (1980) istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Budhaya”, bentuk jamak dari “budhi atau akal”, maka kebudayaan dikaitkan yang berkonotasi dengan akal. Sedangkan istilah “Budaya” merupakan rangkaian jamak “budi daya”, sehingga diartikan daya dari budi. Berarti cipta, karsa dan rasa. Jadi kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa.
          Berdasarkan beberapa istilah yang berkaitan dengan budaya atau kebudayaan seperti; culture (adab, kesopanan, pemeliharaan), custom (adat, kebiasaan), civilization (peradaban), cultivate (mengolah, mengusahakan) dan cultural (kebudayaan).
          Mengakar pada kosakata di atas, akan dikutip beberapa konsep dan wawasan kebudayaan dari para ahli misalnya; Taylor (dalam Munandar, 1998 dan Machfud, 1998) mengungkap,”Kebudayaan adalah keseleluruhan pengetahuan yang kompleks berupa; kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat”.
          Mencermati wawasan tersebut diklarifikasi makna kebudayaan, menurut Taylor kebudayaan memuat beberapa aspek kebutuhan berupa aturan, kebiasaan dan naluri makhluk pribadi, serba kompleks mencakup; kepercayaan berkaitan dengan hal yang bersifat gaib (religi/agama), adat-istiadat, Custom-hukum untuk mengatur bertingkah laku.
          Manusia memiliki naluri seni untuk mengekspresikan kebebasannya merasa senang, nyaman dan indah, serta kebiasaan bertingkah laku kesemuanya diperoleh melalui proses belajar. Demikian juga Kluckhohm merangkum pengertian “Kebudayaan sebagai keseluruhan cara hidup yang diperoleh dari kelompoknya”. Pemahaman lebih praktis yang dikemukakan oleh Joseph Eilers disebutkan “Kebudayaan sebagai desain pola hidup dijadikannya acuan dan perencanaan yang diadaptasikan dalam kehidupan”.
          Mencermati istilah-istilah kebudayaan di atas, disimpulkan bahwa kebudayaan adalah seperangkat pola hidup untuk mengatur berbagai aspek kehidupan individu dan masyarakat dalam menata hidup sehari – hari maupun diproyeksikan jangkauannya ke depan.




B.       Sejarah Ilmu Budaya Dasar
Istilah budaya dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris the humanities, yang berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities di samping tidak meninggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Berbicara tentang proses penciptaan manusia tidak ada teori-teori yang akurat dapat dijadikan landasan permanen untuk memahami keberadaan manusia. Baik eori Evolusi (seleksi alam oleh Darwin) yang mengatakan bahwa “Dalam hal evolusi species” teori Darwin digunakan untuk membuktikan bahwa manusia sebagai keturunan era besar. Sebelumnya teori ini telah dikemukakan oleh Haeckel. Darwin mengemukakan dalam bukunya : “On The Origin of Species” mengangkat teori “Seleksi Alam” bahwa semakin banyak individu yang dilahirkan bukan mungkin bertahan hidup tanpa melalui perjuangan untuk mempertahankan dirinya di antara individu dengan individu lainnya. Hal itu disebabkan adanya spesies yang sama. Atau individu lain dengan spesies yang berbeda.
Darwin menyampaikan teorinya tentang keberadaan manusia yang akan hidup dari latarbelakang spesies beragam. Kemudian dia menyampaikan bahwa setiap spesies mempunyai potensi sekecil apapun baru dapat bermanfaat untuk kelanjutan hidup manusia apabila melalui perjuangan. Mereka yang mampu bertahan dari sekian banyaknya spesies yang beragam itulah yang berlanjut mengembangkan keturunannya.
Selanjutnya Westen La Barre (dalam Parsudi Suparlan 1984) menjelaskan bahwa manusia purba adalah sebangsa kera yang berjalan dengan dua kaki belakangnya. Sedangkan kedua kaki depannya tidak digunakan lagi untuk berjalan. Kemudian kaki depannya itulah yang disebut tangan. Teori itulah yang mengubah keseluruhan jalannya teori evolusi manusia, sehingga manusia berbeda dengan makhluk lainnya.
Teori-teori dan konsep selanjutnya walaupun merupakan teori yang paling tua yaitu teori Aristoteles (dalam Zacky Syata Ramadhan 1922/2001) disebutnya teori Abiogenesis atau Generasio Spotanea. Teori ini beranggapan bahwa “semua makhluk hidup (organic) muncul secara berkelanjutan dari yang mati (abiotik) atau materi. Selanjutnya George Mundel (dalam Michael H.Hart 1982) menemukan Hukum Generatif yaitu bukti-bukti keturunan dengan argument bahwa semua organism hidup terdapat unit dasar yang kini disebut “gene” secara spesies diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Semua teori yang dikemukakan di atas, didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh (teori generative oleh George Mendel) dan teori Evolusi oleh Darwin kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Namun hasil analisisnya tidak ada menyebutkan asal mula penciptaan manusia selain penjelasan dari al-Quran. Namanya saja manusia banyak istilah yang dikemukakan dalam al-Qur’an seperti Al Insan, An Naas, Al Basyar, dan lain-lain. Kesemuanya dapat dijadikan tolok ukur untuk mengungkap latar belakang penciptaan manusia dari dasar terendah derajatnya. Secara martabat ke tingkat atau derajat yang paling tinggi; Dari An Naas ke Al Mu’min ke Attaqwa ke Ashshalinin ke Al-Mukarrabin.
Dari penciptaan manusia pertama (Adam AS) yang diciptakan dari tanah dapat dibaca dari surah Ar-Rum ayat 20, Surah As-Sajadah ayat 7 dan 8 dan masih banyak ayat-ayat yang lain yang menyebutkan tentang kejadian manusia. Sedangkan penciptaan manusia secara umum oleh Allah dapat dibaca dalam al-Qur’an surat al-Mu’min ayat 11-16. Baik kejadiannya dari tanah maupun proses penciptaannya dari sari pati pertempuran antara sperma dan ovum.
Manusia sebagai makhluk, dimana manusia itu sama, karena dibekali oleh pencipta-Nya dengan akal, perasaan dan kehendak dalam jiwanya. Inilah yang membedakan  perwujudan budaya menurut keadaan, waktu dan tempat, atau perwujudan budaya yang hanya didasarkan menurut keadaan pada akal (ratio) semata dengan mengabaikan perasaan, menyebabkan berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal, perasaan dan kehendak. Hal semacam ini menimbulkan perbedaan antara peradaban dan kebudayaan.
Menurut Prof. Sutan Taqdir Alisyahbana, apabila perwujudan budaya itu penekanannya pada akal akal menimbulkan tingkat peradaban yang berbeda. Dalam bahasa Inggris, “mind” selalu dihubungkan dengan peradaban, bukan kebudayaan. Kalau penekanannya pada mind akan timbul pernyataan bahwa ada peradaban yang tinggi dan ada pula yang memiliki tingkatan yang rendah, karena diukur dengan tingkat berpikir manusia. Oleh karena itu, manusia berpikir tinggi bias dikatakan berperadaban yang tinggi, bukan berkebudayaan yang tinggi. Tingkat berpikir tinggi lebih dulu timbul di kalangan orang Barat. Sebab itu, orang Barat dikatakan mempunyai peradaban yang tinggi, bukan berkebudayaan.
Selanjutnya menurut beliau, apabila perwujudan budaya itu penekanannya pada ketiga unsure, yaitu: akal, perasaan dan kehendak maka timbul tingkat kebudayaan yang berbeda, maka menimbulkan strata kebudayaan. Ada kebudayaan yang tinggi dan ada kebudayaan yang rendah, karena diukur dari faedahnya bagi manusia. Kebudayaan tinggi karena berfaedah bagi manusia, sedangkan kebudayaan rendah itu kurang atau tidak berfaedah bagi manusia.
Apabila kebudayaan dihubungkan dengan peradaban, maka akan timbul pernyataan bahwa walaupun peradaban manusia itu rendah belum tentu kebudayaan rendah. Misalnya pada beberapa abad yang lalu, manusia Indonesia mampu mendirikan candi Borobudur tanpa bantuan alat-alat berat. Ini menunjukkan kebudayaanya sudah tinggi, walaupun tingkat peradaban (berpikir) masih rendah. Sebaliknya pula, orang Barat yang mempunyai peradaban yang tinggi belum tentu dikatakan berkebudayaan tinggi, jika dengan  teknologi canggih itu akan membinasakan umat manusia.
Apabila kebudayaan dilihat dari sudut faedah/kegunaannya bagi manusia (bangsa, national utility), jelaslah tidak sama faedah/kegunaan antara bangsa yang satu dengan kebudayaan bangsa yang lain. Menilai berarti member pertimbangan untuk menentukan bahwa itu berguna atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah,. Hasil penilaian itu disebut nilai.

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanities yang berasal dari istilah bahasa inggris “The Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus. Denga demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggung jawab yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dari pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Sedangkan secara umum pengertian kebudayaan adalah jalan atau arah didalam bertndak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani. Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaita dengan budi dan akal manusia. Defenisi kebudayaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun demikian, kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indra. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Menurut orang anstropolog E.B Taylor (1871), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemoharjo dan Sulaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya rasa dan cipta masyarakat. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata. Misalnya, pola-pola prilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain.
Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devenisi kebudayaan, antara lain:
Ø Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam.
Ø Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi, dan sosiologi.
Ø Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran.
Ø Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek keseniaan, bahasa, adat istiadat, budaya daerah, dan budaya nasional.

Berikut ini beberapa defenisi lain dari Ilmu Budaya Dasar, antara lain:
§  Ilmu budaya dasar adalah pengetahuan yang dapat memberikan pengetahuan dasar srta pengetahuan umum tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan.
§  Ilmu budaya dasar adalah pengetahuan tantang perilaku dasar dari manusia.
§  Ilmu budaya dasar adalah ilmu gabungan yang secara bersama atau sendiri dapat dipakai sebagai alat untuk memecahkan masalah sebagai makhluk yang berbudaya, baik dalam kedudukan sebagai makhluk individual, sosial, maupun sebagai ciptaan Tuhan.
§  Ilmu budaya dasar adalah suatu ilmu yang mempelajaro dasar-dasar kebudayaan.

Untuk mengetahui ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan  budaya terlebih dahulu kita ketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr. Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
·      Ilmu-Ilmu Alamiah (Natural Scince)
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 1005 benar dan 1005 salah.
·      Ilmu-Ilmu Sosial (Sicial Scince)
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi dari hasil penelitiannya tidak 1005 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tdak dapat berubah dari saat kesaat.
·      Pengetahuan Budaya (The Humanities)
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Utuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Pengetahuan budaya dibatasi sebagai pengetahuan yag mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian nipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagi bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dan lain-lain. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya dasar dalam bahasa inggris disebut basic humanities, pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya. Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tetang budaya melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.




B.       Definisi Ilmu Budaya Dasar
Menurut Edward Burnett Tylor, merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut seorang antropolog E.B.Taylor (1871), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

C.Kluckhonhn mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem Religi (sistem kepercayaan)
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
6. Bahasa dan
7. Kesenian
Menurut Prof. Sutan Takdir Alisyahbana, apabila perwujudan budaya itu penekanannya pada akal (mind) akan menimbulkan tingkat peradaban yang berbeda. Selanjutnya menurut beliau apabila perwujudan budaya itu penekanannya pada ketiga unsur yaitu: akal, perasaan, dan kehendak maka timbul tingkat kebudayaan yang berbeda, maka menimbulkan strata kebudayaan. Ada kebudayaan tinggi dan ada kebudayaan rendah, karena diukur dari faedahnya bagi manusia. Kebudayaan tinggi karena berfaedah bagi manusia, sedangkan kebudayaan rendah itu kurang atau tidak berfaedah bagi manusia.
Menurut Koentjaraningkrat, kebudayaan merupakan padanan dari istilah Inggris “culture” yang berasal dari bahasa Latin “colere” yang berarti mengolah, memeroses dan mengerjakan. Kemudian melalui proses berkembang menjadi segala daya upaya dan usaha manusia untuk mengubah alam dari aslinya menjadi sumber daya yang dapat menunjang kehidupan manusia.  Berasal dari perkembangan ini beliau merumuskan bahwa kebudayaan sebagai “keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dari kerjanya itu”. Kemudian hasil karya itu bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Kluckhohm merangkum pengertian “Kebudayaan sebagai keseluruhan cara hidup yang diperoleh dari kelompoknya”.
Joseph Eilers, menyebutkan “Kebudayaan sebagai desain pola hidup dijadikannya acuan dan perencanaan yang diadaptasikan dalam kehidupan”.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupannya.

C.      Tujuan Ilmu Budaya Dasar
1.      Mengenal lebih dalam arti dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja.
2.      Mengenal prilaku diri sendiri maupun orang lain.
3.      Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup.
4.      Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia.
5.      Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya.
6.      Memiliki pengligatan yang jelas pemikiran seta yang mendasar dan mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyag leluhur kita yang luas nilainya.
7.      Sebagai calaon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jauh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku.
8.      Sebagai jembatan para saran yang berbeda keahliaannya lebih mampu berdialog dan lancar komunikasi dalam memperlancar pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun serta mampu memenuhi tuntutan perguruan tinggi.

D.      Manfaat Ilmu Budaya Dasar
Manfaat dari mempelajari ilmu budaya dasar adalah :
       Mengenal perilaku lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja.
1.        Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup.
2.        Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia.
3.        Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya.
4.        mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya.
5.        sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku.
6.        Dapat menciptakan sifat kebudayaan yang universal dan dinamis
7.        Dapat mengenal lebih dalam tentang budaya yang terdapat di Negara yang kita cintai dengan melihat dari kesenian, bermacam-macam suku, adat istiadat, bahasa, budaya daerah dan budaya nasional.
8.        Mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar manusia dan kelompok.
9.        Dapat mengenal lebih jauh tentang unsure-unsur budaya seperti :
a. Sistem Religi/ Kepercayaan
b. Sistem organisasi kemasyarakatan
c. Ilmu Pengetahuan
d. Bahasa dan kesenian
e. Mata pencaharian hidup
f. Peralatan dan teknologi

E.       Fungsi Kebudayaan
Fungsi Kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai :
1.      Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok.
2.      Wadah untuk menyalurkan perasaan – perasaan dan kehidupan lainnya.
3.      Pembimbing kehidupan manusia.
4.      Pembeda antar manusia dan binatang.

F.       Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
       Ruang lingkup ilmu budaya dasar, bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah di tetapkan. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan kemanusiaa dan budaya yang dapat di dekati dengan menggunakan pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai di siplin dalam pengetahuan budaya.

       Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai objek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, manusia dengan sesama,  dengan dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta, dalam kehidupan manusia, itu tidak terlepas dari cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab serta pengabdian, kegelisahan dan harapan.
        Dipandang dari segi ilmu eksakta. Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja  ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan kebudayaan dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakt. Dan banyak yang beranggapan bahwa kebuadyaan adalah suatu semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasdilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang di perlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya . Agar kekutan serta hasil dapat di abadikan . Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma dan nilai masyarakat dan perlu untuk mengatur masalah-masalah masyarakat dalam arti luas, di dalamn ya trermasuk agama, ideolgi kebatinan, kesenian dan semua unsure yang merupakan kemampuan mental, kemampuan piker dari orang yang hidup bermasyarakat. Dan yang antara lain menghasilkan filsafat sertan ilmu pengetahuan. Rasa cipta dinamakan kebudayaan rohganiah.
      Semua karya seni, rasa dan cipta di kuasai oleh karya orang-orang yang menentukan kegunaanya, agar sesuai dengan kepentingan dengan sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan  arti pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang di hadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujudnya kelakuan manusia itu sendri.
Tujuan yang telah diuraikan di atas, ada dua masalah pokok yang bisa dipakai untuk bahan pertimbangan dalam menentukan ruang lingkup kajian ILmu Dasar.
Kedua masalah pokok ini ialah :
1. Berbagai aspek kehidupan manusia yang di dalamnya adalah persolan dalam menjalankan hidup dan fenomena budaya yang berkembang, dalam hal ini bisa dikaji dengan melakukan pendekatan budaya (the humanities).
2. Hakekat manusia baik secara individu maupun kelompok, memiliki anekaragam kebudayaan pada zamannya serta ragam budaya dimasing-masing daerah.
Dari dua pokok permasalahan ini, maka secara tidak langsung telah menempatkan manusia sebagai bahan kajian IBD. Manusia sebagai individu yang kreatif dalam hal ini dijadikan obyek dalam menganalisis setiap fenomena budaya. Dalam perkembangannya kajian ini melihat berbagai dimensi yang dilakukan manusia, seperti, hubungan manusia dengan alam, dengan sesama manusia, nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan manusia serta hubungan manusia dengan penciptanya.

Pokok-pokok bahasan ini bisa dilihat dari berbagai dimensi yakni :
1. Latar belakang Ilmu Budaya Dasar
2. Konsep Ilmu Budaya Dasar dalam kesusastraan, seni rupa, dan seni musik.
3. Ilmu Budaya Dasar Dalam Agama
4. Ilmu Budaya Dasar Dalam Filsafat
5.Manusia dan cinta kasih
6.Manusia dan Keindahan
7.Manusia dan Penderitaan
8.Manusia dan Keadilan
9.Manusia dan Pandangan hidup
10.Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
11.Manusia dan kegelisahan
12.Manusia dan harapan

Kedua belas pokok bahasan tersebut telah menempati tema sentral dalam berbagai disiplin ilmu yang membicarakan tentang kebudayaan. Dalam hal ini pokok-pokok bahasan itu bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah wawasan budaya. Salah satu contohnya adalah perwujudan dari cinta dalam hal ini bisa kita lihat dari berbagai macam puisi maupun cerita pendek (cerpen) yang bertemakan cinta.
Namun demikian, untuk melihat perwujudan dari keduabelas pokok bahasan tersebut dari kacamata karya baik seni, sastra, filsafat dan lain sebagainya tergantung dari apa yang akan kita kaji. Hal ini karena, dalam satu karya seringkali mengungkap lebih dari satu masalah. Dalam cerpen misalya, kita dapat melihat berbagai bentuk kesedihan, kesenangan, cinta, kasih sayang dan lain sebagainya. Oleh karena itu, satu karya mungkin bisa digunakan untuk melihat beragam bentuk masalah, namun yang perlu ditekankan disini bahwa kita hanya memilih satu pokok masalah yang paling menonjol diantara permasalahan yang ada.
Disinilah pentingnya kita belajar IBD. Karena IBD sendiri bukan ilmu sastra, tari maupun filsafat. IBD hanya menggunakan karya-karya yang terdapat dalampengetahuan budaya untuk dijadikan bahan pendekatan berbagai persoalan budaya dan permasalahan yang dihadapi manusia.

G.      Unsur – Unsur Ilmu Budaya Dasar
Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories ofCulture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu :
1.      Sistem Religi (sistem kepercayaan).
Merupakan produk manusia sebagai homo religieus. Manusia yang memiliki keceidasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar Karena itu manusia takut, sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2.      Sistem organisasi kemasyarakatan.
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

3.      Sistem pengetahuan.
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat- ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Lebih-lebih bila pengetahuan itu dibukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4.      Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi.
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5.      Sistem Teknologi dan Peralatan,
Merupakan pnxluk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat manusia dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6.      Bahasa.
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhimya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7.      Kesenian.
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. Manusia bukan lagi semata-mata memenuhi kebutuhan isi perut saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara yang meidu, yang semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian.



H.      Aspek – Aspek Ilmu Budaya Dasar
1.    Kesenian
2.    Bahasa
3.    Adat Istiadat
4.    Budaya daerah
5.    Budaya Nasional
Kesenian
  Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati denganmata atau pun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya.
Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degar..
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktifitas yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan music klasik dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia.
Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudsayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran ”manusia alami” (human nature).
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang  mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia.
Dalam hal ini, music tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kulyur populer(popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.

Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adat istiadat, budaya daerah, budaya nasional
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, reas, etnisitas kelas, aisthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.

I.         Sifat – Sifat Ilmu Budaya Dasar
1.    Etnosentris
Merupakan kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Dengan kata lain etnosentrisme merupakan sikap dimana merka merasa dirinya superior, lebih unggul, dan menganggap yang lain adalah inferior , lebih rendah, nista dan sebagainya.
2.    Universal
3.    Alkuturasi
Merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing.
4.    Adaptif
5.    Dinamis (flexibel)
6.    Integratif (Integrasi)
Merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Integrasi juga merupakan suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.

J.        Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu :
Ø  Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Ø  Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Ø  Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Kemudian ketiga wujud kebudayaan di atas di perjelas Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan pula yaitu:
1.      Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai berikut :
1.      Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
2.      Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
3.      Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

K.      Hakekat Kebudayaan
1.      Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
2.      Kebudayaan itu ada karena sebelum kebudayaan itu lahir dan kebudayaan itu dapat hilang setelah generasi itu tidak ada.
3.      Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4.      Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban-kewajiban.
Hakikat Manusia sebagai Makhluk Berbudaya :
      Manusia sebagai makhluk berbudaya, dikatakan demikian karena manusia dibekali oleh penciptanya dengan perangkat akal. Perasaan, kehendak dan kalbu. Sebagai makhluk berbudaya, manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan, baik kebutuhan fisik jasmani maupun kebutuhan non fisik yaitu manusia memerlukan berupa :
a.       Kebutuhnan materi  berupa biologis-jasmani yaitu, manusia membutuhkan keperluan yang bersifat materi. Misalnya manusia butuh bahan pangan untuk makanan, butuh air minum dan kerpeluan lainnya. Pakaian bertujuan menutupi kulit dari sengatan panas dan dingin, tempat tinggal untuk berkumpul dengan keluarga, istirahat dan sebagainya.
b.      Kebutuhan rohani, yaitu kebutuhan yang bersifat non-materi. Misalnya belajar agar pikiran menjadi cerdas, membutuhkan hiburan, istirahat agar perasaannya tenang dan bahagia.
c.       Kebutuhan biologis, yaitu kebutuhan bersifat seksual. Untuk memenuhi kebutuhan ini harus menikah agar dapat tersalur nafsu biologisnya untuk menyalurkan seksnya secara sah dan legal, aman dan halal.  Wujudnya dapat melahirkan keturunan yang diakui masyarakat dan mengembangkan keturunan yang baik-baik.
Bagian – bagian yang meliputi Manusia sebagai Makhluk Berbudaya :
1.      Otak : sumber akal/pikiran.
2.      Panca Indera manusia :
a.       Penglihatan
b.      Pendengaran
c.       Penciuman
d.      Pengecap
e.       Peraba
3.      Kebutuhan Non-materi :
a.       Intelektual/belajar
b.      Estetika/seni keindahan
c.       Etika/moral
d.      Ego (diri)/harga diri
e.       Sosial/bermasyarakat
4.      Kebutuhan biologis/jasmani
a.       Makan dan minum (pangan)
b.      Tempat tinggal (papan)
c.       Pakaian (sandang)
d.      Biologis
e.       Kebutuhan lain






Hakikat Manusia sebagai Makhluk Multi Dimensi :
       Manusia adalah makhluk ciptaan Allah lengkap dengan organ – organ tubuhnya untuk berkembang yaitu jasmani dan rohaniah. Hal seperti itu merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Tanpa salah satu organ lainnya tidak akan terwujud mansuia sempurna. Jiwanya bersemayam dalam tubuh dan merupakan penggerak. Jika manusia meninggal jiwanya tidak akan hancur, tetapi kembali kepada Tuhannya sebagai tempat asalnya.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah, kesempurnaan itu terletak pada adab dan budayanya.  Manusia berbadab atau berbudaya karena dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan dan kehendak yang terdapat dalam jiwa manusia. Itulah yang mengembangkan budaya spiritual.
Akal dan rasio yang dimiliki oleh manusia manpu menciptakan ilmu dan teknologi (Science and Technology). Adanya akal yang dimiliki oleh manusia dapat menilai yang baik dan yang buruk, mana yang benar dan yang tidak benar (nilai kebenaran). Sesuai dengan yang diterima oleh akal. Perasaan menciptakan kesenian, adanya perasaan manusia, mereka menilai mana yang indah (eastetis) dan mana yang tidak indah (nilai keindahan). Adanya kehendak manusia menciptakan kebaikan. Adanya kehendak manusia ia menilai mana yang baik dan mana yang buruk (nilai kebaikan dan nilai moral).
Dalam kehidupan manusia disadari bahwa yang benar, baik dan yang indah itulah yang membuat manusia menjadi senang puas, bahagia, aman, dan damai. Sebaiknya manusia menyadari pula bahwa yang tidak benar, tidak indah, dan tidak baik itulah yang membuat manusia menjadi tidak senang, tidak puas, gelisah, membangkan, kacau, menderita dan melakukan permusuhan dan sebagainya. Kedua masalah yang bertolak belakang (paradocs), manusia adalah sentralnya. Artinya manusialah yang mempertimbangkannya, menilai, dan berkehendak atau berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang terbaik, baik untuk dirinya maupun untuk kepentingan orang lain.



L.       Hubungan Ilmu Budaya Dasar dalam Kehidupan Sehari-Hari
Menurut kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, Dengan sesama dirinya sendiri ,nilai-nilai manusia dan bagaimana pula  hubungannya dengan sang pencipta.
1.      Manusia dan Cinta Kasih
Pada dasarnya, manusia diciptakan dan dibekali dengan sifat-sifat bawaan, bayi yang baru lahir telah memiliki sifat-sifat dasar yang pada nantinya akan muncul sesuai dengan perkembangan fisik serta pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangannya.
Pentingnya cinta kasih dalam kehidupan manusia adalah karena manusia selain sebagai makhluk individu yang akan menghidupi diri mereka sendiri, juga sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain, membutuhkan orang lain dalam mengarungi kehidupan agar dapat lebih terpuaskan kebutuhan sosialnya.
2.      Manusia dan keindahan
Keindahan menurut Baum Garten adalah beauty is another of parts in the manual relation an in thier relation to the whole. Ini berarti keindahan merupakan satu komposisi  yang keseluruhan dan teratur dari bagian-bagian lain yang saling berhubungan satu sama lain
Di samping itu keindahan juga erat kaitannya dengan objek tertentu,selain objek natural maka manusia harus pandai-pandai membawa diri agar objek keindahan yang dimaksudkan baik yang bernilai estetis ataupun natural.
3.      Manusia dan Penderitaan
     Penderitaan adalah kondisi kejiwaan dimana ketika sedang mengalami masa-masa tewrndah dari kestabilan standar normal psikologi, fenomelogi, dan perasaan manusia. Pergeseran kestabilan yang semakin menyeret nalar kesadaran merekaberanjak menuju titik frosen adalah hal yang lumrah yang setiap saat selalu mengiringi kondisi fenomelogi mereka.
4.      Manusia dan Keadilan
     Salah satu putusan pengadilan yang paling menegangkan adalah dibebaskannya tanpa syarat apapun kepada  Muchdi P.R oleh hakim di pengadilan negeri jakarta selatan atas dakwaan jaksa penuntut umum yang menjadiakn Muchdi P.R sebagai tersangka utama kasus pembunuhan aktivis HAM Munir beberapa tahun yang laluketika melakukan perjalanan untuk studi di jakarta menuju london,inggris.
5.    Manusia dan pandangan hidup
6.    Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
7.    Manusiadan kegelisahan
8.    Manusia dan harapan serta cita-cita


M.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kebudayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan ada dua, yaitu :
a.      Faktor-Faktor Pendorong Proses Kebudayaan Daerah
v Kontak dengan Negara lain
v Sistem pendidikan formal yang maju
v Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
v Penduduk yang heterogen
v Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
b.      Faktor-Faktor Penghambat Proses Perubahan Kebudayaan
                            i.      Faktor Dari Dalam Masyarakat Yaitu :
* Betambah dan berkurangnya penduduk
* Penemuan-penemuan baru
* Petentangan-pertentangan didalam masyarakat
* Terjadinya pemberontakan didalam tubuh masyarakat itu sendiri
                          ii.      Faktor Dari Luar Masyarakat Yaitu :
* Berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia
* Peperangan dengan negara lain
* Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
N.        Sistem Orientasi Nilai Budaya
Mengartikan nilai memberi pertimbanagan untuk menentukan sesuatu berguna atau tidak, benar atau salah. Hasil penelitian disebut nilai. Manusia selalu cenderung menginginkan nilai kebenaran (berguna) daripada nilai keberukan atau kebenaran daripada kesalahan. Sulaeman Sunandar mengutip beberapa pendapat antara lain; Pepper (1958) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang baik atau buruk. Perry (1954)mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang mensrik bagi manusia sebagai subjek, Alvin B. Bertnard (1987) manyatakan bahwa nilai adalah perasaan  tentang apa yang diinginkan, atau tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh.

Konsep tentang nilai yang hidup di sebagian besar masyarakat membentuk sistem nilai budaya. Sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman bagi kekuatan manusia,  dalam tingkatan paling abstrak. Sistem tata kelakuan tingkatnya lebih konkrit,seperti aturan khusus, hukum norma-norma semuanya berpedoman pada sistem nilai budaya itu. Sistem nilai budaya demikian kuat meresap dalam jiwa warga masyarakat, sehingga sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya telah dikembangkan oleh seorang ahli Antropologi bernama Kluckhohn berorientasi kepada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia.
Lima masalah pokok itu adalah  :
1.         Hakekat Hidup Manusia ( MH )
2.         Hakekat Karya Manusia (MK)
3.         Hakekat kehidupan manusia dalam ruang Waktu (MW)
4.         Hakekat hubungan manusia dengan Alam (MA)
5.         Hakekat hubungan manusia dengan sesama Manusia (MM)
Mengenai MH (Hakikat Hidup Manusia), ada kebudayaan yang dianut oleh manusia yang memandang atau beranggapan bahwa hidup manusia pada hakeketnya adalah bersifat buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu, kehidupan bermewah-mewah harus dihindari dengan usaha menyederhankan kehidupan kita.
Ada pula kebudayaan yang memandang atau beranggapan bahwa hidup bermewah-mewah adalah merupakan sebagai hal yang baik dan menggembirakan serta menguntungkan. Oleh karena itu, hidup seperti itu harus diusahakan dan dipertahankan.
Mengenai MK (Hakekat Manusia Karya), ada juga kebudayaan yang beranggapan bahwa karya manusia pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memungkinkan dan memberi peluang bagi manusia untuk hidup berkarya. Ada kebudayaan yang menganggap bahwakarya manusia itu pada hakekatnya untuk memberikan kepada manusia dalam dalam pemenuhan kedudukannyaatau meningkatkan kehormatan dalam hidup bermasyarakat. Ada kebudayaan yang  memandang karya manusia sebagai etos sosial sebagai landasan hidup untuk manghasilkan karya yang lebih banyak lagi.
Mengenai MW (Hakekat Manusia dalam Waktu), ada kebudayaan yang lebih mementingkan kehidupan manusia pada masa lampaunya. Ada juga yang berorientasi untuk mementingkan kehidupannyapada masa-masa sekarang ini. Selanjutnya, ada pula kebudayaan selalub berorientasi pada sejauh mungkinbagi kehidupan yang akan datang. Pada kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi hal yang sangat penting. Karena untuk menjalanimasa-masa kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang memerlukan perencanaan yang matang agar keberhasilan dapat dicapai dengan baik.
Mengenai MA (Hakekat hubungan manusia dengan Alam), ada kebudayaan yang memandang alam itu begitu dahsyat, sehingga manusia hanya menyerah pada alam. Ada pula yang memandang bahwa alam itu dapat dilawan, sehingga manusia harus menaklukkan alam dan memanfaatkannya. Ada pula kebudayaan yang memndang bahwa manusia harus selaras dan seimbang dengan alam.
Mengenai MM (Hakekat hubungan manusia dengan sesama Manusia), ada kebudayaan yang mementingkan hubungan horizontal antara sesama manusia, ada pula yang mementingkan hubungan vertikal, yaitu dangan orang senior, tokoh, pemimpin, dan atasan. Ada pula kebudayaan yang berpandangan induvidualitas, yang menilai tingginya kekuatanya sendiri dengan sedikit bantuan orang lain.
Sistem nilai budaya yang berorientasi pada lima aspek di atas erat kaitannya dengan ISBD. Misalnya manusia dan bertanggung jawab, pandangan hidup, manusia dan harapan, manusia dan kaadilan.

Untuk lebih mudah memaknai dan menyimpulkan pandangan-pandangan nilai budaya menurut kategori di atas, maka dapat diklasifikasikan ke dalam tabel seperti berikut :

Masalah Dasar Dalam Hidup
Orientasi Nilai Budaya
1
2
3
4
Manusia Dengan Gaya Hidup (MH)
Hidup itu Buruk
Hidup itu Baik
Hidup itu buruk, manusia berusaha mengubah supaya menjadi baik
Manusia dan Karya (MK)
Karya itu untuk nafkah hidup
Karya untuk kedudukan, kehormatam/ status
Karya itu untuk menambah hasil karya
Manusia dan waktu (MW)
Orientasi kemasa depan
Orientasi masa sekarang
Orientasi kemasa lalu
Pandangan manusia terhadap  alam (MA)
Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
Manusia berausaha menjaga keselarasan diri dengan alam
Manusia berhasrat menguasai alam
Hubungan manusia dengan sesama Manusia  (MM)
Orientasi rasa ketergantungan manusia terhadap sesamanya (berjiwa sosial)
Orientasi vertikal masa ketergantungan pada tokoh dan senioritasnya
Individualisme  menilai tingginya usaha atas kekuatan sendiri








O.      Penerapan Ilmu Budaya dalam Sistem Informasi
           Penerapan ilmu budaya dasar dalam system informasi adalah ilmu yang dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian dalam bidang teknologi dan informasi tentang konsep-konsep yang dikembangkan untukmenyelesaikan masalah-masalah masyarakat. Kebudayaan, serta masalah di bidang teknologi dan informasi di era sekarang tanpa menggeser nilai-nilai kebudayaan sebelumnya. Diadakan mata pelajaran ilmu budaya dasar di jurusan informasi bagi mahasiswa banyak sekali manfaatnya, diantaranya dapat menciptakan lingkungan berbudaya dengan berbasis teknologi informasi. Dan mahasiswa pun dapat diberi pandangan yang luas terhadap masalah-maslah kemanusiaan, budaya dan informasi serta mengembangkan daya kritis mahasiswa terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut ketiga hal tersebut. Mengusahakan agar para mahasiswa menjadi calon pemimpin bangsa dan Negara serta ahli di bidang disiplin.

           Tujuan ilmu budaya dasar dengan sistem infomasi, yaitu:
1.      Agar mahasiswa peduli terhadap lingkungan buda dan dapat menyesuaikan diri dengan perkembagan zaman atau perkembangan informasi.
2.      Member kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas masalah tentang kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan persoalan-persoalan kritis.
3.      Menambah kemampuan mahasiswa untuk menggapai masalah dan nilai-nilai umum serta masalah iptek atau teknologi yang berkembang.
4.      Agar mahasiswa dapat berkomunikasi satu sama lain dan dapat memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam bidang informasi dan teknologi tanpa harus menggeser nilai-nilai kebudayaa yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia. 




P.         Transmisi & Transformasi Budaya
1.      Transmisi Kebudayaan
Transmisi kebudayan diartikan sebagai proses alih buyang cenderung tidak melakukan perubahan budaya, melainkan bertujuan untuk melestarikan kebudayaan dari generasi tua kepada  generasi  muda sebagai penerusnya. Secara rinci koentjaraningrat teiga macam lah mengklasifikasikan adanya tiga proses transmisi, yaitu:
a.       Internalisasi, adalah proses yang dialami  oleh sesorang yang belajar dalam menanamkan nilai-nilai budaya kepada dirinya dalam modus pembentukan kepribadiannya berupa perasaan,  hasrat, nafsu saerta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya , proses ini disebut proses pembentukan kepribadian sosial atau kolektif.  Misalnya  seseorang anak yang dibesarkan dalam masyarakat tertentu, kepribadiaanya dibentuk oleh masyarakat tersebut dengan melalui berbagai  pegalaman budaya yang diterimanya. Dalam komunitas bersangkutan, seseorang belajar dan menerima budaya misalnya, bagaimana cara berdisiplin, menahan diri dari emosi , menanggapai suatu situasi atau peristiwa dan lain-lain. Kalau  seseorang telah matang mengadakan  penyesuaian dalam masyarakatnya maka terbentuklah watak generasi muda dilingkungan masyarakat itu. Pembentukan watak seperti ini tidak berbeda dengan watak lingkungan generasi  yang membentuknya karena belajar pada lingkungan budaya yang sama. Inilah yang disebut kepribadiaan kolektif atau (sosial).

b.      Sosialisasi kebudayaan, diartikan sebagai proses belajar mengenai pola rindakan berkaitan dengan individu yang memiliki banyak ragam kedudukan dan peranan.dalam proses ini seorang anak akan belajar dan mengetahui sedikit demi sedikit tentang ilmu sosialnya. Aspek yang di pelajari termasuk  kedudukan dan peran yang ada di dalam grup-grup atau komunitas yang bersangkutan. Aturan-aturan dan peran-peran yang mana harus digunakan dalam menhghadapi  sesuatu dalam lingkungan sosial yang berbeda. Proses sosialisasi  juga turut membentuk kepribadian kolektif seseorang warga masyarakat bersangkutan. Didalam  pembentukan kepribadian warga termasuk mempelajari bagaimana  seorang warga memahami nilai-nilai, sopan santun dan model-model atau bentuk bertingkah laku dalam masyarakat.

c.       Proses enskulasi budaya, proses ini dimana anggota masyarakat mempelajari segala macam sistem dan aturan/adat-istiadt yang ada di dakam masyarakat. Proses enskulais adalah mempelajari segala aspek  kebudayaan, sehingga disebut dengan proses pembudayaan. Melalui proses enskulasi ini seseorang belajar di masyarakatnya, sehingga mereka dapat  dinamakan anak masyarakat yang membesakannya.
Segala macam sifat, kepercayaan tingkah laku, cara berfikir dan pengetahuan yang diwariskan  dari senior kepada yuniornya akan melekat pada dirinya. Baik internalisasi, sosialisai dan ekulturasi nampak jelas semuanya merupakan  alih kebudayaan dari generasi senior kepad ayuniornya untuk melestarikan kebudayaannya secara berkesinambungan.

2.      Transformasi kebudayaan
Transformasi kebudayaan (alih budaya) berkaitan dengan faktor-faktor  eksternal budaya, sehingga transformasi  kebudayaan menghendaki perubahan kebudayaan. Transmisi kebudayaan menyangkut faktor- faktor internal budaya sehingga tidak menghendaki adanya berubahan budaya.
            Tranformasi budaya menyangkut  faktor eksternal , karena adanya dua kelompok yang bertemu (pihak  A atau asing) dan( pihak B atau penerima) menyebabkan terjadinya pertemuan dua unsur antara budaya asing dengan budaya masyarakat penerima, proses ini menyebabakan adanya komunikasi  dari luar atau masyarakat lain. Proses ini dapat dibedakan dengan jenis-jenis transformasi tersebut dibawah ini, antara lain:
a.       Difusi kebudayaan, adalah penyebaran unsur budaya dari suatu tempat ke tempat yang lain. Misalnya penyebaran unsur budaya  ketempat lain karena adanya gerak spesial (antar ruang)  dari daerah A datang unsur budaya kedaerah B atau  sebaliknya dengan membawa  unsur budaya ke tempat bersangkutan menyebabkan adanya proses transformasi.
Dewasa ini proses transformasi  dilakukan dengan kemajuan teknologi. Komunokasi banyak dilakukan melalui radio, telepon, televisi, atau satelit. Proses disfusi tidak selamanya membawa perubahan, misalnya budaya yang lemah datang ke masyarakat  yang lebih kuat kuat pengaruhnya, kemungkinan sulit  mempengaruhi penerimaan perubahan.

b.      Asimilasi kebudayaan, bila terjadi perubahan antara dua unsur budaya yang berlainan (budaya masyarakat dengan budaya masyarakat penerima) terjadi perubahan sifat-sifat khas dari unsur-unsur  yang saling bertemu kemudian memunculkan bentuk baru yang bersifat kombinasi. Jadi usur budaya penerima mengalami perubahan. Disni menunjukkan adanya proses menggambarkan diamana transformasi itu terjadi.

c.       Menyebabkan terjadinya . akulturasi terjadi jika dua kebudayaan yang berasal dari dua kelompok masyarakat yang berbeda lambat laun unsur budaya yang berasal dari masyarakat lain dapat diterima  dan diolah tanpa menghilangkan budaya aslinya. Dalam proses akulturasi ciri khas  kebudayaan asli tidak hilang  kemudian menerima unsur kebudayaan asing. Oleh karena itu, proses akulturasi adalah proses pengayaan budaya dengan menerima unsur kebudayaan asing. Contoh : dahulu sebelum islam masuk di masyarakat jawa dalam selamatannya menggunakan doa dalam bahasa jawa, tetapi setelah islam masuk meski tetap melakukan selamatan, doa-doanya sudah menggunakan bahasa arab.



3.      Inovasi kebudayaan
Faktor lain penyebab terjadinya perubahan kebudayaan adalah inovasi, yaitu suatu pembaharuan sehingga inovasi sebagi pembaharuan kebudayaan. Koentjaraningrat (1979) mengemukakan bahwa inovasi terjadi didahului oleh penemuan. Ada yang disebut debgan discovery atau invention. Discovery  adalah hasil yang diperoleh secar kebetulan, di discovery ada faktor yang penting sebagai fenomena  yang belum dikenal sebelumnya,  misalnya batu hitam yang terbakar merupakan pengetahuan yang digunakan tanpa dilakukan secara rasional. Discovery setiap penambahan pengetahuan sedangkan invention penggunaan baru yang dilakukan secar teknik karena dianggap penting dalam memenhi kebutuhan masyarakat.




















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dapat kita simpulkan bahwa Pada hakikatnya ilmu budaya dasar adalah ilmu yang diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebenarnya tidak perlu  pembelajaran khusus mengenai ilmu ini, karna ilmu ini sering kita temukan dalam interaksi kita dalam bermasyarakat.
Dengan berkembangnya teknologi, banyak unsur kebudayaan suatu daerah terlupakan, contohnya unsur kesenian, banyak anak-anak muda penerus warisan kesenian sudah tidak ingin mempelajari kesenian daerah mereka karena merasa norak. Mungkin memang masih ada tetapi hanya segelintir orang saja.
Dengan begitu penting buat kita untuk mempelajari kembali ilmu budaya dasar, agar kita tahu bahwa budaya itu penting untuk kita sebagai bukti bahwa daerah kita itu ada.
Dengan adanya manfaat-manfaat yang diperoleh setelah memahami dengan baik mengenai ilme budaya dasar, maka perubahan-perubahan yang ada di masyarakat dapat di antisipasi dengan baik. Manfaat-manfaat tersebut pula lah yang menjadikan kebudayaan Indonesia berbeda dengan kebudayaan di Negara-Negara lain. Dengan adanya budaya, hendaknya pola pikir manusia dalam bertindak dapat semakin maju dan berkembang, namun dapat juga menyaring hal-hal negative yang masuk sehingga tidak menjatuhkan nama baik Negara.
Hal ini lah yang paling utama di jadikan sebagai tujuan mengapa ilmu budaya dasar wajib di pelajari dan di terapkan, terutama bagi generasi-generasi muda agar tidak salah dalam menyaring budaya budaya yang masuk di suatu negara, baik penerapannya dalam hal kehidupan manusia dan juga penerapannya dalam perkembangan sistem informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar