LAPORAN PRAKTEK LAPANG
MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
DI DESA KANREAPIA KEC. TOMBOLOPAO KAB.GOWA
SABTU-MINGGU, 22-23 OKTOBER 2011
ARIYANTY THALIB
1111040057
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011
LEMBAR
PENGESAHAN ASISTENSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini, atas
nama :
Nama : ariyanty
thalib
NIM : 1111040057
Jurusan :
Pendidikan Matematika
Fakultas :
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Telah diperiksa dan disetujui oleh Asistensi dan
Dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, untuk diajukan sebagai salah satu
persyaratan dalam mengikuti proses perkuliahan untuk mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
Makassar, November 2011
Asisten
DosenPenanggungJawab
Mata
Kuliah ISBD
Febriani Safitri,
S.Pd Drs.M.Nur ZakariahLeo,M.Si.
NIP.
19620228199003 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah ISBD Di Desa Kanreapia Kec. Tombolopao Kab. Gowa ini.
Penulisan Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah ISBD Di Desa
Kanreapia Kec. Tombolopao
Kab. Gowa ini adalah merupakan salah satu tugas dan merupakan persyaratan untuk mengikuti ujian mata kuliah ISBD.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah ikut membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah ISBD
Di Desa Kanreapia Kec. Tinggi Moncong Kab. Gowa ini. Khususnya
kepada:
1.
Kedua orang tua penulis,
2.
Dosen ISBD Drs.M Nur Zakariah Leo,
M.Si,
3.
Dosen ISBD Hasniyanti, S.Si, M.Pd.
4.
Asisten dosen ISBD Dosen ISBD
Febriani Safitri, S. Pd.
Dalam Penulisan Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah ISBD Di
Desa Kanreapia Kec. Tombolopao
Kab. Gowa ini, penulis mengakui masih banyak kekurangan baik pada sudut
pandang secara
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah ISBD Di Desa
Kanreapia Kec. Tinggi Moncong Kab. Gowa ini untuk
kedepannya.
Dan akhirnya penulis berharap dengan
selsainya laporan praktek lapang di desa kanreapia kec. Tombolopao ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Terima kasih.
Makassar, November
2011
PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Praktek Lapang
Di era globalisasi sekarang ini
perkembangan IPTEK semakin pesat, dimana manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya senantiasa bersandar kepada Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Namun
dalam penggunaan dan pemanfaatan SDA tersebut manusia tidak sadar akan keberadaan masalah lingkungan hidup. Dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang begitu pesat serta perubahan gaya hidup, maka kebutuhan akan
sumber daya alam semakin meningkat pula. Namun dalam pemanfaatan sumber daya
alam cenderung di lakukan secara tidak terkontrol (eksplorasi
berlebihan) sehingga
menyebabkan kerusakan lingkungan, disamping itu tingkat
kesejahteraan yang rendah yang dapat dilihat pada peningkatan jumlah angka kemiskinan khususnya di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh ketidak merataannya mata pencaharian masyarakat atau terjadi kesenjangan social yang terjadi
di dalam masyarakat.
Angka pengangguran semakin bertambah tiap tahunnya karena sumber mata
pencaharian atau peluang kerja yang semakin kecil. Disamping itu karena
kualitas masyarakat yang tidak memenuhi untuk bersaing di era globalisasi yang
menuntut kepada pendidikan yang tinggi dan mempunyai keterampilan. Kurangnya
kesadaran akan pentingnya pendidikan merupakan faktor utama sehingga angka
pengangguran sulit untuk ditekan.
Maka dari itu mata kuliah ISBD jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Makassar sebagai lembaga pendidikan merasa perlu untuk mengkaji dan mencari
tahu tantangan pola hidup masyarakat perkotaan, peralihan antara desa dan kota
yang nantinya akan dibandingkan dengan pola hidup masyarakat pedesaan, serta
mempelajari budaya-budaya yang masih dipegang teguh dan dijalankan oleh
mayarakat daerah tersebut guna mendapat jawaban yang pasti akan masalah dan
problema di atas sehingga dapat memunculkan solusi yang dapat bermanfaat
kedepannya.
B.
Tujuan
Praktek Lapang
Adapun
tujuan dari praktek lapang adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi social dan
budaya yang ada ditengah-tengah masyarakat di desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa
2. Untuk mengetahui pengaruh
iklim dan kondisi alam terhadap kondisi masyarakat setempat, mata pencaharian,
kondisi perekonomian dan pendidikan masyarakat, dan rutinitas masyarakat.
C.
Manfaat
Kegiatan Praktek Lapang
Manfaat
dari kegiatan praktek lapang yaitu:
1.
Bagi mahasiswa, sebagai bahan pelajaran
dalam meningkatkan pengetahuan tentang kehidupan sosial dan budaya di daerah
pedesaan khususnya di Desa Kanreapia.
2.
Mahasiswa dapat mengobservasi peristiwa
sosial dalam objek penelitian.
3.
Mahasiswa dapat mengumpulkan data
peristiwa sosial dalam objek penelitian.
4.
Mahasiswa dapat menganalisa peristiwa
sosial dalam objek enelitian.
5.
Mahasiswa dapat mengetahui kondisi
geografis di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.
6.
Mahasiswa dapat mengetahui kondisi
sosial budaya mayarakat di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten
Gowa.
7.
Mahasiswa dapat mengetahui hubungan
kondisi geografis dengan kondisi sosial budaya mayarakat di Desa Kanreapia,
Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.
8.
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh
kondisi geografis terhadap perekonomian masyarakat.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Penduduk, Masyarakat, Dan Kebudayaan
Penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu, sedangkan masyarakat menurut R. Linton adalah
setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga
mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Ini berarti masyarakat akan
terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa
penduduk, masyarakat terbentuk karena adanya penduduk.
Sedangkan budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia sebagai berikut.
1. Menurut
Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut
Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut
Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi
yang merupakan anggotanya.
4.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt
masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama
dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai
kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok /
kumpulan manusia tersebut.
5.
Menurut M.J. Herskovits masyarakat
adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup
tertentu.
Penduduk, masyarakat dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang sangat erat antara satu dan lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan manusia yang
menempati wilayah geografis dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan
sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan
terikat oleh peraturan–peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut.
Masyarakat tersebutlah yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan; baik yang
mereka dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh
seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan
kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat untuk dipisahkan. Kebudayaan itu sendiri berarti hasil karya manusia
untuk dapat melangsungkan
ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang
melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia (masyarakat) tersebut.
Masyarakat dan kebudayaan terus
berkembang dari masa ke masa. Pada zaman dahulu, manusia hidup berpindah dari
suatu tempat ke tempat lainnya, masyarakat yang hidup dalam keadaan yang
seperti ini di sebut dengan masyarakat nomaden. Mereka berpindah ke tempat lain
jika bahan makanan yang ada di derah mereka telah habis. Namun, seiring dengan
waktu mereka mulai belajar untuk melestarikan daerah di mana mereka tinggal.
Mereka mulai bercocok tanam dan berternak untuk melangsungkan kehidupan mereka.
Hingga saat ini kegiatan bercocok tanam ( bertani ) menjadi ciri khusus
masyarakat Indonesia dan dengan demikian Indonesia di sebut dengan negara
agraris, karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani hingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Masyarakat zaman dahulupun
meninggalkan hasil kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari peralatan,
bahasa, lagu, bangunan – bangunan, hingga berbagai macam upacara adat. Kebudayaan
sendiri berkembang melalui beberapa periode.
Kebudayaan tidak akan pernah berhenti untuk berkembang selama masyarakat
terus berkembang dan belajar demi kelangsungan hidupnya.
C.
Pengembangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengatisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana
kehidupan manusia. Seperti telah
dikemukakan , kebudayaan mencakup unsur-unsur mulai dari system religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa,
kesenian, mata pencaharian, sampai dengan system tekhnologi dan
peralatan (Koentjaraningrat, 1974:12). Unsur
terakhir tersebut paling mudah berubah dibandingkan dengan unsur
lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarakat pertanian
ke masyarakat industridan
masyarakat informasi telah menyebabkan keseluruhan unsur-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia
Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat ( sesuai dengan etnis
yang ada di Nusantara ) dan budaya Indonesia ( yang berkembang dari puncak budaya-budaya Nusantara itu),
tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” ( Refleksi, 1990: 3-4) .
Dalam menghadapi pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskan dengan baik agar dapar
menyesuaikan diri dengan dunia yang selalu berubah tersebut
dengan berhasil.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai
kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alam;
1. Suatu hubungan pedoman antara
manusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan
perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan
penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana
manusia harus bertindak danberperilaku di dalam pergaulan
6. Pengaturan agar manusia dapat
mengerti bagaiman seharusnya bertindak,berbuat, dan menentukan sikapnya jika
berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.
BAB
III
METODE
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A.
Waktu
Dan Tempat Pelaksanaan
1.
Waktu
Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu – Minggu/22-23 Oktober 2011
2.
Tempat
Pelaksanaan
Objek
1 : Perumahan Bumi Batara Gowa
Objek
2 : Pemukiman Penduduk ( Disekitar Pabrik Kertas Gowa)
Di
Kecamatan Bonto Marannu , Kab. Gowa
Objek
3 : Mayarakat Malino Di Kecamatan Tinggi Moncong
Objek
4 : Pemukiman Masyarakat Desa Kanreapia
Objek
5 : Masyarakat Sekitar Air Terjun Takapala
Objek
6 : Pasar Malino
B.
Alasan
Pemilihan Lokasi
Alasan
pemilihan lokasi yakni karena lokasi desa kanreapia merupakan daerah yang cukup
jauh dengan wilayah kota Makassar sebagai daerah ibu kota provinsi dengan
ketinggian 800 m dpl. Sehingga menarik untuk mengetahui kondisi sosial budaya yang ada di daerah
tersebut, kita ketahui bahwa letak suatu daerah akan mempengaruhi kondisi
sosial budayanya, kita biasa mengambil sebuah peristiwa yang ada hubungannya
dengan hal tersebut, yakni ketika perjanjian perdamaian peristiwa di Ambon maka
malino dijadikan lokasi pertemuan untuk perdamain tersebut, artinya kondisi
suhu yang merupakan faktor pemicu sehingga dijadikannya malino tempat yang
starategis, karena malino merupakan daerah yang dingin sehingga orang akan
focus dan tenang. Dikaitkan dengan alasan diatas maka desa kanreapia dijadikan
wilayah yang strategis untuk melihat kondisi
sosial dan budaya di desa tersebut.
C.
Alat
Dan Bahan Yang Dipersiapkan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yakni :
1. Alat :
a. Kamera
b. Payung dan jas hujan
2. Bahan:
a. Kuesioner
b. Alat tulis menulis
c. Tabulasi
D.
Susunan
Kegiatan Di Lapangan
Adapun susunan kegiatan pelaksanaan praktikum yaitu:
Pembagian kelompok yang dilakukan
oleh dosen/asisten dosen yang bersangkutan,kemudian membentuk panitia pelaksana
untuk mengkoordinir, setelah sampai dilokasi maka kegiatan awal yakni melakukan
observasi sementara lalu membuat laporan sementara tentang lokasi tersebut.
Selanjutnya melakukan wawancara dengan masyarakat setempat dengan panduan
kuesioner yang telah dibuat sebelumnya, setelah wawancara selesai maka
dibuatlah tabulasi untuk mengetahui persentasi masyarakat yang ada di desa
Kanreapia, kemudian membuat laporan sementara tentang hasil wawancara tersebut.
E. Teknik
pengumpulan data
Pada praktikum ini dilakukan pengumpulan
data dengan menggunakan :
1. Angket
Angket yang dimaksud disini adalah 3 lembar kertas yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada responden. Kemudian diisi dengan berbagai options yang akan
dijawab oleh responden.
2. Wawancara
Untuk mengisi angket yang telah tersedia maka dilakukan
wawancara kepada masyarakat sebagai narasumber.
3. Dokumentasi
Dokumentasi
disini dalam bentuk foto sebagai bukti bahwa telah melakukan wawancara kepada
responden.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Umum Lokasi Praktek
Dari Makassar ke Malino cukup jauh, butuh
sekitar 3-4 jam perjalanan untuk
menempuhnya. Perjalanan menuju Malino melewati bendungan
Bili-bili yang besar. Banyak bukit yang dilalui, jalanannya sempit dan banyak
turunan berkelok-kelok. Pemandangan hijau dan bukit-bukit tinggi terlihat luar
biasa. Jurang terjal ada di sekitar perjalanan menuju Malino. Jalanan menuju
Malino terbilang ekstrim tapi sampai saat ini masih aman selama yang
mengemudikan kendaraan bisa melewati medan tanjakan dan turunan dengan kelok jalanan
sempit. Pemandangan Pegunungan dan pohon rindang jadi daya tarik wisata alam di
Malino.
Di Malino memiliki suhu yang dingin membuat
pengunjung tertarik dan suhu sejuk pegunungan membuat tanaman hias subur
tumbuh di Malino. Sayur-sayuran dan buah-buahan yang tak bisa tumbuh di cuaca
panas banyak di temukan di Malino seperti alpukat, markisa, kembang kol. Pasar
tradisionalnya ramai dengan oleh-oleh khas Malino seperti Tenteng (kacang tanah
dengan lumeran gula merah), dodol ketan hitam, dodol markisa dll. Masih banyak
lagi wisata menarik di Malino yang belum saya paparkan, seperti air terjun
Takapala, lembah biru dan taman Malino.
B.
Gambaran
Umum Kondisi Social Ekonomi
1.
Kondisi
Warga (Rumah Tangga)
Kondisi
warga pada daerah yang kondisi iklim
dengan suhu yang dingin maka masyarakat cenderung melakukan aktivitasnya pada pagi
hari sekitar jam 6 dan mereka selalu pulang paling lambat jam 5 sore dan
menurut pengamatan saya jarang sekali masyarakat berkumpul-kumpul seperti masyarakat
pada umumnya dan juga jarang sekali terlihat masyarakat yang keluar malam.
Menurut salah seorang responden mengatakan bahwa apabila ada anggota keluarga
mereka yang sakit biasanya di bawa ke puskesmas, tapi masih ada masyarakat yang
membawa keluarganya yang sakit ke dukun. Dalam tingkat kesejahteraan masyarakat
di desa kanreapia menurut salah satu kepala dusun di desa kanreapia belum bisa
ditentukan, karena masyarakat di desa kanreapia ada tingkat kesejahteraannya
yang masih rendah, sedang,
dan tinggi. Pemerintah di desa kanreapia telah berusaha membantu masyarakat
dengan cara memberikan pendidikan gratis dan kesehatan gratis, pemeliharaan sarana dan prasarana yang telah ada dan
jjuga mengupayakan sarana dan prasarana yang masih belum ada.
2.
Mata
Pencaharian Warga
Penduduk di Desa kanreapia menurut mata pencaharian
bervariasi. Berdasarkan informasi yang di dapat, ada sekitar 1.200 penduduk
bekerja sebagai petani, PNS 10 jiwa, dan wirausaha 50 jiwa. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar penduduk di Desa Kanreapia,
pekerjaan mereka adalah bertani.
Tabel 1. Jumlah
penduduk menurut jenis pekerjaan Desa Kanreapia tahun 2009
No
|
Mata pencaharian
|
∑ penduduk
|
1.
|
Petani
|
1.200 jiwa
|
2.
|
Pegawai Negeri
|
10 jiwa
|
3.
|
Wirausaha
|
50 jiwa
|
Jumlah
|
1.260 jiwa
|
Sumber Kecamatan tombolopao dalam angka tahun 2009
3.
Hubungan
Social Budaya Antar Warga
Hubungan
social budaya antar warga di desa Kanreapia, terjalin sangat erat, bisa dilihat misalnya pada suatu acara pesta pernikahan,
sunatan, pesta adat, pengambilan
hasil panen ataupun
membangun rumah, warga di desa Kanreapia semuanya ikut saling membantu
walaupun tidak ada panggilan khusus kepada merekawalau hanya mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar
lainnya.
C.
Gambaran
Umum Kondisi Fisik
1.
Morfoligi
Wilayah
Desa kanreapia yang memiliki luas
25,83 km2 atau sekitar 10,26% kecamatan tombolopao. Desa kanreapia terletak pada ketinggian yang
berkisar antara 1.340-1600 m dari permukaan laut dengan topografi bergelombang.
Desa kanreapia terdiri dari 7 Dusun/Lingkungan dan masing-masing terdiri dari
14 RW dan 33 RT.
Adapun batas Wilayah administratif
Desa Kanreapia yaitu:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa
balasuka dan Desa Tonasa
2) Sebelah Timur brbatasan dengan Desa
Balaromang
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Tonasa dan kelurahan tinggimoncong
4) Sebelah Selatan berbatsan dengan
Kelurahan Bulutanah
2.
Kemiringan
Lereng
Klasifikasi kemiringan lereng yang
dikeluarkan oleh Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah Dirjen Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1992, menerangkan bahwa :
i)
Kemiringan
lereng antara 0 - 8 % merupakan daerah datar sehingga memiliki daya dukung
lahan yang tinggi bagi pengembangan segala aktifitas kota.
ii) Kemiringan lereng antara 8 -15
merupakan daerah datar yang memiliki daya dukung lahan tinggi bagi pengembangan
kota.
iii) Kemiringan lahan 15 – 25 % merupakan
daerah landai dengan daya dukung lahan sedang bagi pengembangan.
iv) Kemiringan lereng 25 – 40 %
merupakan daerah yang curam dengan daya dukung lahan rendah, tidak cocok untuk
daerah perkotaan.
v) Kemiringan lereng >40 % merupakan
daerah sangat curam, daerah dengan daya dukung lahan yang sangat rendah dan
tidak cocok untuk di alokasikan sebagai daerah perkotaan.
Keadaan topografi Kecamatan Tinggi
Moncong utamanya Desa Kanreapia cukup bervariasi mulai dari wilayah datar
sampai daerah bergunung. Ditinjau dari tingkat kemiringan lereng Desa Kanreapia
Kecamatan Tinggi Moncong mempunyai
kemiringan antara 8-15%, 15-40% dan >40%. Desa Kanreapia terletak pada ketinggian antara 1.500 - 1.650 Meter diatas
permukaan laut.
3.
Suhu
Daerah Setempat
Curah hujan di Desa kanreapia
2.300mm/tahun dan memiliki type iklim B yang terdiri dari 9 bulan basah 2 bulan
kering dan 1 bulan lembab. Kelembaban udara 85% dan terjadi dua kali musim
penghujan dalam setahun. Adapun suhu udara di Desa kanreapia berkisar antara
18-23oC dengan fluktuasi 5oC.
4.
Gambaran
Budaya Yang Masuk
Budaya
yang ada di desa Kanreapia adalah budaya suku Bugis Makassar,dan budaya suku Sunda. Menurut salah satu responden mengatakan bahwa, dahulu suku yang
ada di desa kanreapia hanya suku bugis Makassar, tapi beberapa tahun yang lalu
ada sekelompok ulama datang berkunjung
ke desa kanreapia. Mereka mengajarkan ajaran agama islam yang sesuai anjuran
Rasulullah SAW. Karena sebelumnya
masyarakat di desa kanreapia masih menganut adat istiadat nenek monyang mereka,
seperti member sesajian, yang bertentangan dengan agama.
D.
Hasil
Berikut
ada beberapa tabel
hasil pengamatan selama mengikuti praktek lapangan di desa kanreapia:
Tabel 2. Kelompok Umur Responden
Umur
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Kurang dari 35 tahun
|
5
|
25%
|
Antara 35 ± 45 tahun
|
12
|
60%
|
Lebih dari 45 tahun
|
3
|
15%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Sumber
data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal
23 oktober 2011
Tabel 3. Pekerjaan Responden
Pekerjaan
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Tukang Bakso
|
1
|
5%
|
PNS, ABRI
|
1
|
5%
|
Pedagang
|
2
|
10%
|
Petani
|
16
|
80%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Sumber
data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal
23 oktober 2011
Tabel 4.
Kegiatan Social Yang Sering Dilakukan
Kegiatan sosial
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Pesta adat
|
-
|
-
|
Gotong royong
|
14
|
70
%
|
Majelis Ta’lim
|
4
|
20%
|
Remaja mesjid
|
2
|
10%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Sumber
data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal
23 oktober 2011
Table 5. Tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan
|
Jumlah
|
Persentase
|
Tidak tamat SD
|
1
|
5%
|
Tamat SD
|
10
|
50%
|
Tidak Tamat SMP/
sederajat
|
-
|
-
|
Tamat SMP/ Sederajat
|
3
|
15%
|
Tamat SMA/ Sederajat
|
5
|
25%
|
Sarjana Muda
|
1
|
5%
|
Sarjana
|
-
|
-
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Sumber
data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal
23 oktober 2011
E.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan terhadap 20 kepala keluarga masyarakat desa Kanreapia kecamatan
Tombolopao kabupaten Gowa dapat diketahui bahwa desa tersebut dinamai dengan
Kanreapia karena suatu kejadian yang telah lalu. Kejadian tersebut menurut
cerita masyarakat desa Kanreapia dimulai dari seseorang yang merasa sangat
dingin berada di desa tersebut. Orang tersebut kemudian mengumpulkan beberapa
kayu untuk dibakar dengan maksud untuk membuat tubuhnya hangat. Akan tetapi,
api yang dibuatnya itu tidak hanya membakar kayu tersebut, api itu juga
membakar tubuhnya dan seluruh hutan di desa Kanreapia. Oleh karena itu desa
tersebut dinamai dengan Kanreapia. Jika diartikan menurut bahasa Kanreapia
terdiri dari Kanre artinya makan
(terkena/terbakar) dan apia artinya
api. Apabila dirangkaikan, Kanreapia
artinya terbakar api. Namun hal inilah hanyalah berupa mitos. Ada beberapa masyarakat yang percaya, adapula yang tidak
mempercayai cerita tersebut.
Pada umumnya,
masyarakat desa Kanreapia yang bekerja sebagai petani tidak hanya kaum
laki-laki saja, namun kaum perempuan pun turut bekerja. Hal ini dilakukan
tentunya untuk menghidupi kebutuhan mereka sehari-hari. Baik itu dari segi
pangan, sandang, dan papan maupun untuk biaya lainnya seperti biaya kesehatan,
transporatasi, dan pendidikan untuk anak-anak mereka. Hal itu dapat dilihat Dari hasil pengamatan langsung kami di lapangan di Desa
Kanreapia kecamatan tombolopao Kabupaten Gowa tentang study lapangan Ilmu Sosial Budaya
Dasar dari 20 orang responden yang mewakili 20 kepala keluarga yang pekerjaan responden sebagai tukang
bakso adalah 1 orang (5%), yang bekerja
sebagai pedagan 2 orang (10%), yang bekerja sebagai ABRI/POLRI,1 orang
(5%),yang bekerja sebagai petani berjumlah 16 orang dengan persentase sebesar 80%. Dari hasil tabulasi
ini dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Kanreapia bermatapencaharian sebagai petani. Dan umur
merekapun berbeda-beda dapat dilihat dari hasil wawancara kami bahwa responden yang berumur kurang dari 35 tahun yaitu berjumlah 5 orang dengan persentase 25% , antara 35 ± 45 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 60% dan
lebih dari 45 tahun 3 orang dengan persentase 15%. Dari hasil
tabulasi ini dapat dilihat responden yang lebih banyak diwawancarai adalah kelompok umur
antara 35±45 tahun.
Berdasarkan tabulasi menurut kegiatan social yang sering
dilakukan oleh responden, dari 20 responden yang telah diwawancarai diperoleh,
yang melakukan kegiatan social seperti gotong royong berjumlah 14 orang dengan
persentase sebesar 70%,majelis ta’lim berjumlah 4 orang dengan persentase
sebesar 20%, pengajian berjumlah 1 orangdengan persentase sebesar 5%, remaja
masjid berjumlah 1 orang denganpersentase sebesar 5%. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa kegiatan social yang sering dilakukan oleh masyarakat di Desa
Kanreapia adalah gotong royong.
Berdasarkan tabulasi menurut tingkat pendidikan responden
bahwa responden yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD berjumlah 1 orang
dengan persentase sebesar 5%, yang tamat SD 10 orang (50)%, yang tidak tamat
SMP/sederajat tidak ada (0%), yang tamatSMP/sederajat berjumlah 3 orang dengan
persentase sebesar 15%, yang tamatSMA/sederajat berjumlah 5 orang dengan
persentase sebesar 25%, yang sarjana muda 1 orang (5%), yang sarjana tidak ada
(0%). Dari hasil tabulasi ini dapatdilihat bahwa penduduk Desa Kanreaapia
rata-rata pendidikan terakhirnya hanya sampai
pada jenjang Sekolah Dasar saja, karena biasanya kebanyakan masyarakat Desa
Kanreapia semasa kecilnya lebih memilih membantu orang tuanya berkebun di
banding dengan bersekolah, dan kesadaran orang tua bahwa pentingnya ilmu pengetahuan
yang masih kurang.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari hasil praktikum lapang yaitu:
1. Secara umum kehidupan sosial
masyarakat Desa Kanreapia Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa mereka hidup
rukun dan penuh kekeluargaan.
2. Masyarakat Desa Kanreapia Kecamatan
Tinggi Moncong Kabupaten Gowa menaruh perhatian yang tinggi dan menjunjung
tinggi nilai-nilai budaya serta senantiasa melestarikannya.
3. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial serta kebudayaannya.
Masyarakat yang memiliki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi kurang menaruh
perhatian terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan yang ada karena kesibukan
kehidupan sehari-harinya,sedangkan masyarakat dengan jenjang pendidikan yang
lebih rendah menganggap bahwa kebudayaan merupakan hal yang sangat penting dan senantiasa
menjalankan kebudayaan - kebudayaan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Saran
1.
Untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat pada tingkatan yang lebih tinggi, maka
seharusnya mereka mengenal pendidikan dan memberikan kesempatan ikut program
pendidikan kepada generasi setelahnya.
2.
Jangan
menjadikan membiayai seseorang yang sedang menempuh pendidikan sebagai sebuah
beban tersendiri bagi pendapatan, karena hal ini sama saja artinya dengan berinfestasi.
3.
Sebaiknya setelah
praktikum lapang, dilakukan evaluasi hasil praktikum agar praktikan memperoleh
pengetahuan dan interpretasi yang sama terhadap hasil temuan di lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tirtharahardja, Umar.dkk.2008. Pengantar Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Leo M. Nur Zakaria, Hasriyanti.
2009.Modul Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM.
Munandar. 2008.Ilmu Budaya Dasar.Bandung : RefikaAditama.
Soelaeman M, Munandar. 2007.Ilmu
Sosial Dasar.Bandung : RefikaAditama.
A.M.Agussalim.2009.ilmu sosial budaya dasar.FEIS-Universitas
Negeri Makassar.
Sumber Internet:
http://southcelebes.wordpress.com/2009/02/13/pesona-pariwisata-kabupaten-gowa/
http://www.scribd.com/doc/45108511/Laporan-Evaluasi-Sumber-Daya-Lahan-Rahmat-Hidayat-051-514-023/
*thumb*
BalasHapus